Assalamu'alaikum Wr. Wb
Semangat pagii!
Alhamdulillah luar biasa sekali, kita masih diberi kesempatan untuk menikmati surga dunia ini. Semoga kita selalu mendapat berkah dari-Nya. Amiin
Iya benar tema kita pada kesempatan kali ini agak religius. . . Biar blognya berkah. he he he . . .
hmmm penulis kali ini akan berbagi makalah tentang beberapa tafsir ayat-ayat Al-Qur'an tentang pendidikan keluarga (dalam lingkungan keluarga) yang dalam penyusunannya di bantu oleh teman saya yang luar biasa yaitu Uli & Annas.
Jadi dalam makalah di bawah ini akan dibahas betapa pentingnya pendidikan keluarga. Keluarga adalah tempat pendidikan pertama bagi anak-anak, sehingga peranan kedua orang tua sangat menentukan sekali bagaimana perkembangan anak sekarang dan kedepannya nanti. Oleh sebab itu, kita sebagai orang tua harus menjadi contoh yang baik kepada mereka, karena secara tidak langsung sikap dan perbuatan kita akan ditiru oleh anak. Dan yang belum menjadi orang tua dan Insya Allah akan menjadi orang tua he he . .mulai sekarang kita harus berbenah diri, introspeksi diri merubah akhlak kita menjadi diri yang lebih baik lagi, agar setelah kita mempunyai pasangan nanti dan mempunyai anak, kita diberikan Allah anak yang sholeh atau sholehah, mudah diatur dan menurut kepada nasehat orang tua amin . . . Dan sebagai anak, kita juga harus berbakti kepada kedua orang tua. Karena bila kita berbakti kepada mereka, niscaya hidup kita akan jauh lebih berkah. Kalau tidak percaya buktikan saja. Tetapi, berbakti bukan berarti kita harus menaati semua yang disuruh atau diperintahkan kedua orang tua kita. Kalau kita tahu kita diperintah untuk berbuat salah dan menyalahi agama, kita boleh tidak menaatinya. Tetapi ada adab-adabnya sesuai ajaran agama yaa.. Dan kita juga berkewajiban untuk memberi tahu kepada mereka bila mereka berbuat salah, dan jangan sampai kita memusuhinya. Kita harus selalu sabar dan senantiasa menghormati sambil menyadarkan mereka ketika mereka berbuat salah. Begitupun sebaliknya, bila kita berbuat salah dan dinasehati orang tua kita juga tidak boleh marah dan memusuhinya. Kita harus introspeksi diri okehhhh . . .
Jadi seperti itulah pandangan penulis mengenai adab pendidikan dalam lingkungan keluarga agar keluarga selalu mendapat berkah dan diridhoi hidupnya oleh Allah SWT. Aminn . . .
Waduh... materinya jadi agak berat he he he . . .
Santai aja . . .
Okey langsung saja simak makalah dibawah ini yang Insya Allah asyik dan menginspirasi karena didalamnya terdapat bagaimana seharusnya atau tanggung jawab kita bersikap sebagai anak dan orang tua sesuai ajaran Islam dan sunnah Nabi SAW mengenai pendidikan dan adab-adab dalam keluarga.
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Banyak orang karena kesibukan atau karena salah menafsirkan tentang
pendidikan sehingga orang tua sering melimpahkan
tanggung jawab mendidik pada sekolahan sehingga tugas tersebut terlimpahkan
oleh seorang guru.
Dalam hal
pendidikan sebenarnya tidak semua dibebankan pada guru di sekolah, karena keluarga
dilihat dari perspektif pendidikan merupakan lembaga pendidikan yang pertama
dan utama dalam kehidupan manusia, kedua orang tua berperan sebagai gurunya dan
anaknya berperan sebagai muridnya. Semua mengetahui bahwa pendidikan itu sangat
penting, agar akhlak, perilaku, sifat, dan pikiran
menjadi lebih baik.
Dalam Islam pun
pendidikan di keluarga juga telah diterangkan dalam ayat-ayat Al-Qur’an yang
merupakan pedoman bagi kaum Islam yang di dalamnya tiada keragu-raguan
sedikitpun karena merupakan Kalam Illahii Allah SWT Rabbul ‘Izzati wa
Rabbul ‘Alamin.
Al-Qur’an telah
menjelaskan bagaimana cara mendidik keluarga, agar tercipta keluarga yang benar-benar aman damai dan tentram
serta sesuai dengan tuntunan dan petunjuk dari Allah SWT. Sehingga kita dan
keluarga selamat dari siksa dan azab Allah.
B.
Rumusan
Masalah
1.
Apa pengertian
pendidikan keluarga?
2.
Bagaimana tafsir Surat At-Tahriim
ayat 6?
3.
Bagaimana tafsir Sural Luqman ayat 13-15?
4.
Bagaimana tafsir Surat Al-Baqarah
ayat 133?
5.
Bagaimana tafsir Surat Al-Ahzab
ayat 59?
6.
Bagaimana tafsir Surat An-Nur ayat 58-59?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendidikan Keluarga
Pendidikan keluarga dapat diartikan
sebagai usaha dan upaya orang tua dalam memberikan bimbingan, pengarahan,
pembinaan dan pembentukan kepribadian anak serta memberikan bekal pengetahuan
terhadap anak.
Keluarga adalah tempat titik tolak
perkembangan anak. Peran keluarga sangat dominan untuk menjadikan anak yang
cerdas, sehat dan memiliki penyesuaian sosial yang baik. Keluarga merupakan
salah satu faktor penentu utama dalam perkembangan kepribadian anak. Dikutip
oleh Lazarus, Freud mengatakan bahwa pengaruh lingkungan keluarga terhadap
perkembangan anak merupakan titik tolak perkembangan kemampuan atau
ketidakmampuan penyesuaian sosial anak. Menurutnya pula, periode ini sangat
menentukan dan tidak dapat diabaikan oleh keluarga.[1]
Keluarga merupakan lingkungan pertama
bagi anak. Di dalam lingkungan keluarga anak pertama-tama mendapatkan berbagai
pengaruh (nilai). Oleh karena itu, keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua
yang bersifat informal dan kodrati. Ayah dan ibu dalam keluarga sebagai
pendidiknya, dan anak si terdidiknya. Jika karena suatu hal anak terpaksa tidak
tinggal dilingkungan keluarga yang hidup bahagia, anak tersebut masa depannya akan
mengalami kesulitan-kesulitan baik di sekolah, masyarakat, maupun kelak sebagai
suami istri di dalam lingkungan keluarga.[2]
B.
Tafsir
Surat At-Tahriim ayat 6
Q.S. At-Tahriim: 6
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ
وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلائِكَةٌ
غِلاظٌ شِدَادٌ لا يَعْصُونَ اللَّهَ مَا أَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُونَ مَا
يُؤْمَرُونَ .
Artinya:
“Hai orang-orang yang
beriman, peliharalah
dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan
batu, penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, yang
keras, yang
tidak mendurhakai Allah
terhadap apa yang di perintahkan-Nya kepada mereka dan mereka selalu
mengerjakan apa yang diperintahkan”. (Q.S. At-Tahriim:
6)
Ayat diatas memberikan gambaran bahwa
dakwah dan pendidikan harus diawali dari lembaga yang paling kecil, yaitu diri
sendiri dan keluarga menuju yang besar dan luas. Ayat diatas awalnya
berbicara masalah tanggung jawab pendidikan keluarga, kemudian diikuti dengan
akibat dari kelalaian tanggung jawab yaitu siksaan. Dalam membicarakan
siksaan, Al-Qur’an menyebutkan
bahan bakar neraka, bukan model dan jenis siksaanya. Sementara bahan bakar
siksaan di dalam ayat diatas digambarkan berasal dari manusia. Hal ini mengisyaratkan
bahwa kegagalan dalam mendidik masa kecilnya, dalam lembaga yang
terkecil yaitu keluarga.
Kegagalan
pendidikan pada usia dini ,akan menyebabkan manusia terbakar emosinya oleh
dirinya sendiri yang tidak terarahkan pada usia dininya.[3]
C.
Tafsir
Surat Luqman ayat 13-15
Q.S. Luqman: 13
وَإِذْ قَالَ لُقْمَانُ لابْنِهِ وَهُوَ يَعِظُهُ يَا بُنَيَّ لا تُشْرِكْ
بِاللَّهِ إِنَّ الشِّرْكَ لَظُلْمٌ عَظِيمٌ .
Artinya:
“Dan
(ingatlah) ketika Luqman
berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepada anaknya, ‘Hai
anakku janganlah kamu mempersekutukan (Allah ) sesungguhnya mempersekutukan
(Allah)
adalah benar-benar kezhaliman yang besar’”. (Q.S. Luqman: 13)
Sesudah Allah menuturkan apa yang telah
diwasiatkan oleh Luqman terhadap anaknya, yaitu supaya ia bersyukur kepada
Tuhan yang telah memberikan semua nikmat yang tiada seorangpun bersekutu
dengan-Nya dalam menciptakan sesuatu. Kemudian Luqman menegaskan bahwasannya syirik itu
adalah perbuatan yang buruk. Selanjutnya Allah SWT mengiringi hal tersebut
dengan wasiat-Nya kepada semua anak supaya mereka berbuat baik kepada kedua
orang tuanya, karena sesungguhnya kedua orang tua adalah penyebab pertama bagi
keberadaanya didunia itu.[4]
Q.S. Luqman: 14
وَوَصَّيْنَا الإنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ
أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي
وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ .
Artinya:
“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat
baik) kepada dua orang ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah,dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu
bapakmu, hanya kepada
Ku-lah kembalimu.” (Q.S Luqman: 14)
Dan Kami
perintahkan kepada manusia supaya berbakti dan taat kepada kedua orang tuanya
serta memenuhi hak-hak keduanya. Selanjutnya Allah SWT menyebutkan jasa ibu
secara khusus terhadap anaknya, karena sesungguhnya didalam hal ini terkandung
kesulitan yang sangat berat bagi pihak ibu. Ibu telah mengandungnya, sedang ia
dalam keadaan lemah yang disebabkan makin membesarnya kandungan sehingga ia
melahirkan kemudian sampai dengan selesai dari masa nifasnya. Kemudian Allah
menyebutkan lagi jasa ibu yang lain yaitu bahwa ibu telah memperlakukannya
dengan penuh kasih sayang dan telah merawatnya dengan sebaik-baik sewaktu ia
tidak mampu berbuat sesuatupun bagi dirinya. [5]
Dan Kami perintahkan kepadanya
bersyukurlah kamu kepadaKu atas nikmat yang telah Ku-limpahkan kepadamu dan
bersyukur pulalah kepada ibu bapakmu. Karena sesungguhnya keduannya itu
merupakan penyebab bagi keberadaanmu. Dan keduannya telah merawatmu dengan
baik, yang untuk itu keduanya mengalami berbagai macam kesulitan sehingga kamu
menjadi tegak dan kuat.[6]
Q.S. Luqman: 15
وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ
لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا
وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ
فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ .
Artinya:
“Dan jika keduanya
memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu
tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya, dan pergaulilah
keduanya di dunia dengan baik,dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku,
kemudian
hanya kepada Ku-lah kembalimu, maka
Ku-beritakan kepadamu apa
yang telah kamu kerjakan.” (Q.S Luqman: 15)
Dan apabila kedua orang tua memaksamu
serta menekanmu untuk menyekutukan Allah dengan yang lain dalam hal ibadah,
yaitu dengn hal-hal yang kamu tidak mempunya pengetahuan tentangnya, maka
janganlah kamu mentaati apa yang diinginkan oleh keduanya sekalipun keduanya
menggunakan kekerasan supaya kamu mau mengikuti kehendak keduannya, maka
lawanlah dengan kekerasan pula bila keduanya benar-benar memaksamu.
Dan pergaulilah keduanya didalam urusan
dunia dengan pergaulan yang diridhoi oleh agama, dan sesuai dengan watak yang
mulia serta harga diri. Kemudian kalian akan kembali kepadaKu sesudah kalian
mati, lalu Aku kabarkan kepada kalian apa yang telah kalian perbuat didunia
berupa perbuatan baik dan buruk kemudian Aku membalasnya kepada kalian, orang
yang berbuat baik akan menerima pahala kebaikannya dan orang yang berbuat buruk
akan menerima hukuman keburukannya.[7]
D.
Tafsir
Surat Al – Baqarah ayat 133
Q.S. Al-Baqarah: 133
أَمْ كُنْتُمْ شُهَدَاءَ إِذْ حَضَرَ يَعْقُوبَ
الْمَوْتُ إِذْ قَالَ لِبَنِيهِ مَا تَعْبُدُونَ مِنْ بَعْدِي قَالُوا نَعْبُدُ
إِلَهَكَ وَإِلَهَ آبَائِكَ إِبْرَاهِيمَ وَإِسْمَاعِيلَ وَإِسْحَاقَ إِلَهًا
وَاحِدًا وَنَحْنُ لَهُ مُسْلِمُونَ .
Artinya:
“Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut, ketika
ia berkata kepada anak-anaknya, ‘apakah yang kamu sembah sepeninggalku?’ mereka
menjawab, ‘kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim,
Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Yang Maha Esa, dan kami hanya tunduk patuh
kepada-Nya”.
(Q.S. Al-Baqarah: 133)
Pemandangan
ketika Nabi Ya’qub bersama anak-anaknya saat ia menghadapi kematian merupakan
pemandangan yang sangat besar petunjuknya, kuat pengarahannya, dan dalam
pengaruhnya. Kematian sudah diambang pintu. Maka, persoalan apakah yang
mengusik hatinya pada saat menghadapi kematian itu? Apakah yang menyibukkan
hatinya pada saat menghadapi sakaratul maut? Persoalan besar macam apakah yang
ia ingin selesaikan sehingga hatinya tenang dan penuh kepercayaan? Pusaka
apakah gerangan yang hendak ia tinggalkan untuk putra-putranya dan sampai pada
mereka dengan selamat, dapat ia serahkan kepada mereka pada saat mereka
menghadapi kematian itu untuk di catat perinciannya?
Akidah. Itulah pusaka
yang akan ia tinggalkan. Itulah simpanan yang hendak ia berikan. Itulah
persoalan besar yang ia pikirkan. Itulah kesibukan yang menyibukkan hatinya.
Dan, itulah urusan besar yang tak dapat ia abaikan meskipun sakaratul maut
sedang menjemput,
“Apakah yang kamu sembah sepeninggalku?”
Inilah
urusan yang karenanya kukumpulkan kamu, wahai anak-anakku! Inilah persoalan yang
aku ingin mendapatkan ketenangan hati karenanya. Inilah amanat, modal, dan
warisan yang hendak kusampaikan kepadamu.
“mereka menjawab, ‘kami akan menyembah Tuhanmu dan Tuhan nenek
moyangmu, Ibrahim, Ismail, dan Ishaq, (yaitu) Tuhan Ynag Maha Esa dan kami
hanya tunduk patuh kepada-Nya.”
Mereka
mengerti agama mereka dan menyebutnya (di hadapan Nabi Ya’qub). Mereka menerima
warisan ini dan memeliharanya. Mereka menenangkan dan menyenangkan hati orang tuanya yang sedang
menghadapi kematian.
Wasiat
Nabi Ibrahim kepada putra-putranya juga terpelihara pada putra-putra Nabi
Ya’qub. Mereka menyatakannya dengan jelas bahwa mereka adalah orang-orang
muslim (beragama Islam, tunduk patuh kepada Allah).
Al-Qur’an bertanya kepada
Bani Israil,
“Apakah kamu hadir ketika
Ya’qub kedatangan (tanda-tanda) maut?”
Demikianlah
yang terjadi, Allah memberikan kesaksian dan menetapkannya. Dengan kesaksian dan
penetapan ini, Allah mematahkan segala
argumentasi mereka untuk melakukan pengelabuan dan penyesatan. Dan dengan itu
pula diputuskanlah hubungan yang hakiki antara mereka dengan nenek moyang
mereka (Israil),
Nabi Ya’qub![8]
E.
Tafsir
Surat Al- Ahzab
ayat 59
Q.S. Al-Ahzab: 59
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لأزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ
وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلابِيبِهِنَّ ذَلِكَ
أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا .
Artinya:
“Hai Nabi katakanlah kepada istri-istrimu,
anak-anak perempuanmu, dan istri-istri orang mukmin, ‘Hendaklah mereka
mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka’. Yang demikian itu supaya mereka
lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu dan Allah adalah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Q.S. Al-Ahzab: 59).
Allah memerintahkan kepada seluruh kaum muslimat terutama istri-istri nabi sendiri dan
putri-putrinya agar mengulurkan jilbab keseluruh tubuh mereka. Hal ini
bertujuan agar mereka mudah dikenali dengan pakaiannya karena berbeda dengan
jariyah (budak perempuan), sehingga mereka tidak diganggu oleh orang yang
menyalahgunakan kesempatan. Seorang perempuan yang berpakaian sopan akan lebih
mudah terhindar dari
gangguan orang jahil. Sedangkan perempuan yang membuka auratnya dimuka umum
dituduh atau dinilai sebagai perempuan yang kurang baik kepribadiannya. Bagi orang
yang pada masa lalunya kurang
hati-hati menutup aurat, lalu mengadakan perbaikan, maka Allah Maha Pengampun
lagi Maha Pengasih. Karena perbuatan yang menyakiti itu seringkali dilakukan
oleh orang-orang munafik.[9]
F.
Tafsir
Surat An-Nur ayat 58-59
Q.S An-Nur : 58
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِيَسْتَأْذِنْكُمُ
الَّذِينَ مَلَكَتْ أَيْمَانُكُمْ وَالَّذِينَ لَمْ يَبْلُغُوا الْحُلُمَ مِنْكُمْ
ثَلاثَ مَرَّاتٍ مِنْ قَبْلِ صَلاةِ الْفَجْرِ وَحِينَ تَضَعُونَ ثِيَابَكُمْ مِنَ
الظَّهِيرَةِ وَمِنْ بَعْدِ صَلاةِ الْعِشَاءِ ثَلاثُ عَوْرَاتٍ لَكُمْ لَيْسَ
عَلَيْكُمْ وَلا عَلَيْهِمْ جُنَاحٌ بَعْدَهُنَّ طَوَّافُونَ عَلَيْكُمْ
بَعْضُكُمْ عَلَى بَعْضٍ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ وَاللَّهُ
عَلِيمٌ حَكِيمٌ .
Artinya:
“Wahai orang-orang yang
beriman! Hendaklah hamba sahaya (laki-laki dan perempuan) yang kamu miliki, dan
orang-orang yang belum baligh (dewasa) diantara kamu, meminta izin kepada kamu
pada tiga kali (kesempatan) yaitu, sebelum shalat shubuh, ketika kamu
menanggalkan pakaian (luar) mu ditengah hari, dan setelah shalat Isya. (Itulah)
tiga aurat (waktu) bagi kamu. Tidak ada dosa bagimu dan tidak (pula) bagi
mereka selain dari (tiga waktu) itu; mereka keluar masuk melayani kamu, sebagian kamu atas sebagian
yang lain. Deikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat itu kepadamu. Dan Allah Maha
Mengetahui, Maha Bijaksana”. (Q.S. An-Nur: 58)
Diriwayatkan
oleh Ibnu Abi Hatim dari Muqatil Ibnu Hayyan, bahwasannya seseorang laki-laki
dari kaum Anshar bersama istrinya Asma’ binti Musyidah membuat makanan untuk
Nabi SAW, kemudian Asma’ berkata, “Wahai Rosululloh, alangkah jeleknya ini.
Sesungguhnya masuk pada (kamar) istri dan suaminya sedang keduanya berada dalam
satu sarung masing-masing dari keduanya tanpa izin, lalu turunlah ayat ini.
Sebagaiman
kita ketahui, pada masa kini sebuah rumah biasanya terdiri atas beberapa kamar,
dan tiap-tiap kamar ditempati oleh anggota keluarga dan orang lain yang ada di
rumah itu. Ada kamar untuk kepala keluarga dan istrinya, ada kamar untuk
anak-anak dan kamar untuk pembantu dan lain sebagainya. Biasanya masing-masing
anggota keluarga dapat masuk ke kamar yang bukan kamarnya itu bila ada
keperluan dan tidak perlu meminta izin kepada penghuni kamar itu. Akan tetapi,
Islam memberi batas-batas waktu untuk kebebasan memasuki kamar orang lain. Maka
para hamba sahaya, dan anak-anak yang belum baligh tidak dibenarkan memasuki
kamar orang tua atau kamar anggota keluarga yang sudah dewasa dan berkeluarga
pada waktu-waktu yang ditentukan kecuali meminta izin terlebih dahulu, seperti
dengan mengetuk pintu dan sebagainya. Bila ada jawaban dari dalam “silahkan
masuk”, barulah mereka boleh masuk. Waktu-waktu yang ditentukan itu, ialah pada
waktu pagi hari sebelum shalat subuh, pada waktu sesudah zuhur, dan pada waktu
sesudah shalat isya.
Waktu-waktu
itu disebut dalam ayat ini “aurat”, karena pada waktu-waktu itu biasanya orang
belum mengenakan pakaiannya dan aurat mereka belum ditutupi semua dengan
pakaian. Pada pagi hari sebelum bangun untuk shalat subuh biasanya orang masih
memakai pakaian tidur. Demikian pula halnya pada waktu istirahat sesudah zuhur
dan istirahat panjang sesudah isya. Pada waktu-waktu istirahat seperti itu
suami istri mungkin melakukan hal-hal yang tidak pantas dilihat orang lain,
pembantu, atau anak-anak.
Adapun
diluar tiga waktu yang telah ditentukan itu maka amat berat rasanya kalau
diwajibkan memita izin dahulu sebelum memasuki kamar-kamar itu, karena para
pembantu dan anak-anak sudah sewajarnya bergerak bebas dalam rumah karena banyak
yang akan di urus dan banyak pula yang perlu di ambil dari kamar-kamar
tersebut. Allah menjelaskan adab sopan santun dalam rumah tangga yang harus
dipatuhi dan dilaksanakan. Para ahli ilmu jiwa setelah mengadakan penelitian
yang mendalam berpendapat bahwa anak-anak di bawah umur tidak boleh melihat
hal-hal yang belum patut dilihatnya karena akan berpengaruh terhadap
perkembangan jiwa mereka dan mungkin akan menimbulkan berbagai macam penyakit
kejiwaan. Amat besar hikmah adab sopan santun ini bagi ketentraman rumah
tangga, dan memang demikianlah halnya karena adab ini diperintahkan oleh Allah
Yang Maha Mengetahui dan Maha Bijaksana.[10]
Q.S.
An-Nur: 59
وَإِذَا بَلَغَ الأطْفَالُ مِنْكُمُ الْحُلُمَ
فَلْيَسْتَأْذِنُوا كَمَا اسْتَأْذَنَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ
اللَّهُ لَكُمْ آيَاتِهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ .
Artinya:
“Dan apabila anak-anakmu
telah sampai umur dewasa, maka hendaklah mereka (juga) meminta izin, seperti
orang-orang yang lebih dewasa meminta izin. Demikianlah Allah menjelaskan
ayat-ayat-Nya kepadamu. Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana”.
(Q.S An-Nur: 59)
Bila
anak-anak itu sudah mencapai usia baligh maka mereka diperlakukan seperti orang
dewasa lainnya, bila hendak memasuki kamar harus meminta izin lebih dahulu
bukan pada waktu yang ditentukan itu saja, tetapi untuk setiap waktu. Kemudian
Allah mengulangi pemjelasan-Nya bahwa petunjuk dalam ayat ini adalah
ketetapan-Nya yang mengandung hikmah dan manfaat bagi keharmonisan dalam rumah
tangga. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala sesuatu dan Maha bijaksana.[11]
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Pendidikan keluarga dapat diartikan
sebagai usaha dan upaya orang tua dalam memberikan bimbingan, pengarahan,
pembinaan dan pembentukan kepribadian anak serta memberikan bekal pengetahuan
terhadap anak.
beberapa yat-ayat yang membahas tentang
pendidikan keluarga dalam Al-Qur’an
adalah Surat At-Tahriim
ayat 6, Surat Luqman ayat 13-15, Surat Al-Baqarah
ayat 133, Surat Al-Ahzab ayat 59 dan Surat An-Nur ayat 58-59
Konsep pendidikan dalam keluarga yang pertama adalah membentuk pribadi anak
dan selalu mengikuti perkembangan anak, karena anak adalah generasi penerus
yang akan membawa keluarga pada tahap berikutnya. Anak yang terdidik baik tentu
akan membawa kebaikan pula bagi keluarganya, begitupun sebaliknya.
Demikianlah
kami berusaha menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, kami menyadari bahwa
masih banyak kekurangan dalam makalah yang kami susun. Untuk itu mohon kritik
dan saran dari para pembaca dalam perbaikan makalah ini. Semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan pemakalah sendiri serta semakin mendekatkan kepada
Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an dan terjemahnya
Az-Za’balawi, Muhammad Sayyid Muhammad. 2007. Pendidikan
Remaja Antara Islam Dan Ilmu Jiwa. Jakarta: Gema Insani
Daradjat, Zakiah. 1996. Ilmu Jiwa Agama.
Jakarta: Bulan Bintang
Firdaus, Gilang dkk. 2014. Makalah Pendidikan Agama
Pada Remaja Awal Dan Akhir Perspektif Psikologi Agama. https://arifvishodik.wordpress.com/2014/05/08/makalahpendidikan-agama-pada-remaja-awal-dan-akhir-perspektif-psikologi-agama/.
Di akses pada tanggal 03 Mei 2016
[4] Mustafa Al-Maragi Ahmad, Tafsir Al-Maragi Juz 21 (cetakan kedua), (Semarang: Karya Toha Putra, 1992), Hlm.
153-154
[5] Mustafa Al-Maragi Ahmad, Tafsir Al-Maragi Juz 21 (cetakan kedua),
(Semarang: Karya Toha Putra, 1992), Hlm. 154
[6] Mustafa Al-Maragi Ahmad, Tafsir Al-Maragi Juz 21 (cetakan kedua), (Semarang: Karya Toha
Putra, 1992), Hlm. 155
[7] Mustafa Al-Maragi Ahmad, Tafsir Al-Maragi Juz 21 (cetakan kedua),
(Semarang: Karya Toha Putra, 1992), Hlm. 157
[9] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang
disempurnakan),
(Jakarta: Lentera abadi, 2010), Hlm.
42.
[10] Departemen
Agama
RI, Al-Qur’an
dan Tafsirnya
(edisi yang disempurnakan),
(Jakarta: Lentera abadi, 2010), Hlm.
636
[11] Departemen
Agama
RI, Al-Qur’an dan Tafsirnya (edisi yang
disempurnakan),
(Jakarta: Lentera abadi, 2010),
Hlm. 637
In this manner my buddy Wesley Virgin's adventure starts with this SHOCKING AND CONTROVERSIAL video.
BalasHapusYou see, Wesley was in the army-and shortly after leaving-he discovered hidden, "self mind control" secrets that the government and others used to get everything they want.
As it turns out, these are the same methods lots of celebrities (notably those who "come out of nothing") and elite business people used to become wealthy and famous.
You probably know how you use less than 10% of your brain.
Really, that's because most of your BRAINPOWER is UNCONSCIOUS.
Maybe that conversation has even occurred IN YOUR very own head... as it did in my good friend Wesley Virgin's head about seven years back, while driving an unlicensed, beat-up trash bucket of a vehicle without a license and with $3.20 in his bank account.
"I'm very frustrated with going through life paycheck to paycheck! When will I finally make it?"
You took part in those types of conversations, right?
Your success story is waiting to be written. All you need is to believe in YOURSELF.
Take Action Now!