Semangat pagi!
Kali ini saya akan berbagi mengenai tugas yang penulis dapat dari dosen tentang cacing nemathelmintes. Penulis menyusun makalah di bawah ini, di bantu oleh dua sahabat super yaitu Ardian dan Karima yang luar biasa sehingga berkat bantuan mereka makalah ini dapat terselesaikan hehe.
Semoga tulisan dibawah ini bermanfaat bagi kita semua.
Bagi yang belum mengenal mengenal sama sekali tentang cacing nemathelminthes, akan saya jelaskan secara ringkas terlebih dahulu.
Jadi begini, dalam sistem klasifikasi makhluk hidup, hewan di bagi menjadi dua kelompok besar. Yaitu, kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) dan kelompok hewan (invertebrata). Yang dibahas dalam makalah di bawah ini adalah kelompok hewan invertebrata (filum nemathelminthes). Hewan invertebrata juga didalamnya terbagi lagi menjadi beberapa kelompok besar (filum) sesuai ciri khas dan hubungan kekerabatan antar individu. Filum-filum invertebrata yang saat ini masih digunakan dalam sistem klasifikasi ada 9 yaitu: protozoa, porifera, coelenterata, echinodermata, platyhelminthes, nemathelminthes, annelida, mollusca dan arthopoda. Nah nemathelminthes sendiri adalah kelompok cacing yang umumnya parasit terhadap makhluk hidup lain apalagi kepada manusia. Ciri khas cacing-cacing ini sehingga dimasukkan dalam filum nemathelminthes adalah, seperti yang telah disebutkan sebelumnya, hidup mereka parasit. Selain itu, tubuhnya memiliki rongga semu atau biasa disebut pseudoselomata dan sistem eksresinya sederhana dengan sel renette dengan lubang ekskresi berada di bawah mulut yang tidak dimiliki oleh hewan kelompok (filum lain). Okehh langsung saja penjelasan lebih jauh mengenai cacing-cacing nemathelminthes, kita simak saja dalam makalah di bawah ini.
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Hewan filum Nemathelminthes berasal
dari kata nema=benang dan helmis=cacing. Jadi, pengertian Nemathelminthes
adalah cacing yang berbentuk benang atau gilig. Cacing Nemathelminthes
sering disebut cacing gilig karena cacing ini tidak terbagi menjadi segmen
segmen dan dengan bentuk tubuh yang silindris.[1]
Diantara semua hewan yang paling tersebar luas, cacing gilig ditemukan pada
sebagian besar habitat akuatik, di dalam tanah lembab, di dalam jaringan lembab
tumbuhan dan didalam cairan tubuh dan jaringan hewan. Sekitar 90.000 spesies
kelas ini telah di ketahui, dan yang sebenarnya ada mungkin 10 kali dari jumlah
tersebut. Panjang cacing gilig berkisar 1 mm hingga lebih dari 1 m. cacing yang
hidup bebas yang jumlahnya sangat banyak ini memainkan peranan penting dalam
pembusukan dan daur ulang nutrient, tetapi hanya sedikit saja yang diketahui
mengenai sebagian besar spesies. Salah satu spesies Nemathelminthes
tanah Caenorhabitis elegans, telah luas dibudidayakan dan telah menjadi
model riset biologi pengembangan.[2]
B.
Rumusan masalah
1.
Bagaimanakah karakteristik dari filum Nemathelmintes?
2.
Bagaimankah klasifikasi dari filum Nemathelminthes?
3.
Bagaimanakah peranan dari species anggota
filum Nemathelminthes?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Karakteristik Nemathelmintes
Cacing gilig atau Nemathelminthes
adalah hewan yang berbentuk silinder yang memanjang. Hewan ini mempunyai dua
sifat yang berkembang lebih maju secara evolusi disbanding dengan cacing pipih
(yang mungkin merupakan nenek moyangnya). Hewan–hewan ini mempunyai saluran
pencernaan satu arah yang menjulur di bagian muka sampai anus dibagian
belakang. Tubuhnya terdiri atas 3 lapisan
(triploblastik), yaitu lapisan luar (ektoderm), lapisan tengah (mesoderm),
dan lapisan dalam (endoderm). Nemathelminthes juga
mempunyai suatu rongga antara saluran pencernaan dan dinding tubuh yang disebut
pseudosol.[3]
Menurut sutarno (2009), Nemathelminthes
memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Bilateral
simetris, memiliki tiga lapisan sel dengan coelom (pseudocoelom), tubuhnya
bulat memanjang, tidak memiliki appendage atau proboscis.
2. Tubuh
ditutupi oleh kutikula dan tidak bersilia.
3. Alat
pencernaan komplit dan permanen berupa saluran lurus dengan mulut di bagian
anterior dan anus di daerah posterior.
4. Dinding
tubuh memiliki serabut otot longitudinal.
5. Tidak
memiliki rangka, sistem respirasi, dan sistem peredaran darah
6. Sistem ekskresi
sederhana berupa sel
Renette atau sistem
H dengan lubang ekskresi yang terletak di bawah mulut.
7. Cincin
saraf yang mengelilingi esophagus merupakan pusat sistem
saraf, yang dihubungkan oleh 6 tali saraf longitudinal ke arah
anterior dan posterior.
8. Alat reproduksi jantan dan betina terpisah
(berumah dua), jantan lebih kecil dibandingkan dengan betina, fertilisasi internal,
telur memiliki pembungkus kitin, “larva” mengalami beberapa kali pergantian kulit (molt),
tidak mengalami reproduksi aseksual.[4]
Bentuk tubuhnya panjang, langsing, silindris
dan pada beberapa jenis menjadi pipih kearah posterior, tidak mempunyai segmen
tubuh, terdapat mulut dan anus. Dilihat dari arah anterior tampak bahwa daerah
mulut dan sekitarnya adalah simetri radikal atau biradial. Mulut terletak di
ujung anterior dan disekitarnya terdapat tiga atau enam bibir, papilla dan
setae. Bentuk papilla bervariasi, dari sederhana sampai seperti bulu burung.
Tubuh tertutup kutikula yang kompleks.[5]
Kutikula tersusun oleh polimer karbohidrat-protein yang disebut kitin.[6]
Dibawah kutikula terdapat lapisan epidermis, biasanya seluler, namun beberapa
spesies sentsitial. Sitoplasma epidermis pada Nemathelmintes melebar dan
mendesak pseodocoleom sepanjang garis middorsal, nidventral dan kedua
midlateral. Semua nuclei epidermis terdapat dalam keempat jalur tersebut dan
secara ksusus tersusun dalam barisan. Pada dinding tubuh nemathelmintes hanya
ada otot longitudinal. Pseudocoleom pada Nemathelmintes luas dan berisi
cairan yang antara lain berfungsi langkah hidrostatik, dan menunjang gerak
cacing yang meliuk-liuk.
Nemathelminthes memiliki cincin
saraf (lingkaran saraf) yang
mengelilingi esophagus dan merupakan pusat sistem saraf yang dihubungkan oleh 6
tali saraf longitudinal kearah anterior dan posterior.[7]
Alat indera pada Nematode adalah sensila, terutama papilla, setae,
amphid dan phasmid. Setae terdapat di kepala dan seluruh permukaan tubuh. Nemathelminthes
juga belum memiliki organ peredaran darah, respirasi dan tidak memiliki rangka.[8]
Alat eskresi filum Nemathelminthes yaitu dengan sel renette atau sistem
H dengan lubang ekskresi yang terletak di bawah mulut.[9]
B.
Klasifikasi Nemathelmintes
Filum ini
terdiri dari 2 kelas yaitu Nematoda dan Acanthocephala. Nematoda
memiliki usus tetapi belum memiliki proboscis, sedangkan Acanthocephala
belum memilki usus tetapi mempunyai proboscis yang berduri.
1.
Kelas Nematoda
Nematoda adalah cacing yang tidak bersegmen, bilateral
simetris, mempunyai saluran cerna yang berfungsi penuh, biasanya berbentuk
silindris serta panjangnya bervariasi dari beberapa milimeter hingga lebih dari
satu meter. Semua Nematoda yang menginfeksi manusia mempunyai jenis
kelamin terpisah, yang jantan biasanya lebih kecil daripada yang betina.
Kelas ini dibagi menjadi 2 sub kelas yaitu Eunematoda dan Gordiacea.
Sub kelas Eunematoda terdiri dari 5 ordo yaitu, Ascaroidea,
Strongyloidea, Filaroidea, Dioctophymoide dan Trichinelloidea.
Ordo Ascaroidea terdiri dari setidaknya 4 familia: a.
Familia Ascaridae; termasuk famili ini adalah Ascaris lumbricoides
b.
Familia Heterakidae; anggota dari familia Heterakidae ini, hidup
parasit pada burung dan mamalia, contoh Heterakis gallinae (hidup parasit pada burung liar)
c.
Familia Oxyuridae; species yang cukup dikenal adalah Enterobius
vermicularis yang hidup parasit terutama pada anak-anak
d.
Familia Rhabditidae; ada yang hidup bebas dan ada yang parasit. Contoh
yang hidup parasit adalah Strongiloides stercoralis
Ordo Strongyloidea, terdiri dari beberapa familia
diantaranya yang perlu dikenal dan penting antara lain adalah familia Ancylostomidae;
contoh Ancylostoma duodenale yang
hidup pada usus manusia.
Ordo Filaroidea; ordo ini memerlukan perantara atau hospes
intermedier yaitu nyamuk Culex. Contoh yang terkenal yaitu Wucheria brancofti
Species ini dikenal sebagai penyebab penyakit kaki gajah.
OrdoTrichinelloidea; spesies yang terkenal dari ordo ini
adalah Trichinella spiralis yang dapat menyebabkan penyakit trichinosis
pada manusia, babi dan tikus. Cacing masuk dalam tubuh manusia karena makan
daging babi yang kurang masak yang mengandung larva cacing tersebut.[10]
2.
Kelas Acanthocephala
Acanthocephala memiliki karakteristik
dengan adanya probosis di bagian anterior yang merupakan pengait untuk
menempelkan dirinya pada bagian dinding mukosa usus dari hospes, karena cacing
ini tidak memiliki saluran pencernaan. Acanthocephala menyerap semua
nutrisi melalui dinding tubuh mereka. Cacing kelas ini hidup dalam usus
vertebrata dan biasanya melekat pada dinding usus dengan proboscis dengan kait
duri.[11]
Hospes perantara crustacean dan insecta. Contoh species: Neoechinorhyncus emydis[12]
C.
Peranan Nemathelmintes
1.
Ascaris lumbricoides
Salah satu penyebab infeksi cacing usus adalah Ascaris
lumbricoides atau yang lebih dikenal dengan nama cacing gelang dan yang
penularannya dengan perantara tanah (Soil Transmitted Helmints). Infeksi
yang disebabkan oleh cacing ini disebut Askariasis.[13]
Ascaris
lumbricoides pada
umumnya hidup sebagai parasit pada tubuh manusia. Tetapi Hewan ini bersifat
kosmopolit (terdapat disegala tempat), terutama di daerah tropis. Bentuk
tubuhnya bulat panjang dengan bagian ujung-ujung yang meruncing. Tubuh cacing
betina lebih besar dan panjang daripada tubuh cacing jantan.[14]
Dinding tubuhnya tersusun dari kutikula, epidermis dan lapisan otot yang memanjang dimana
terdapat saluran eskresi lateral, tali-tali syaraf dorsal dan ventral yang dihubungkan oleh cincin syaraf interior.[15]
Ascaris lumbricoides hanya berkembang biak dengan cara seksual. Ascaris
lumbricoides jantan memiliki sepasang alat berbentuk kait yang menyembul
dri anus yang disebut spikula. Spikula berfungsi untuk membuka pori kelamin
cacing betina dan memindahkan sperma pada saat kawin
Siklus hidup dari cacing Ascaris
lumbricoides sederhana, yaitu bila telur yang telah menjadi embrio tertelan
dan menetas di usus halus. Larvanya akan menembus dinding usus halus menuju
saluran darah atau limfe, lalu dialirkan
kejantung kemudian mengikuti aliran darah ke pparu, larva yang ada di
paru menembus dinding pemmbuluh darah, lalu dinding alveolus masuk rongga
alveolus kemudian naik ke trakea melalui
bronkiolus dan bronkus. Selanjutnya larva akan masuk ke saluran pencernaan dan
di usus halus larva berubah menjadi cacing dewasa. Cacing dewasa akan melakukan
perkawinan dan bertelur. Telur cacing akan bercampur dengan feses manusia. Pada
saat buang air besar telur akan keluar bersama feses dan berada ditanah untuk
menjadi matanga. Satu putaran siklus Ascaris lumbricoides akan berlangsung kurang lebih selama dua
bulan.[16]
Gambar (Ascaris
lumbricoides)
2.
Ancylostoma duodenale (cacing
tambang)
Cacing ini hidup parasit pada usus manusia, panjang tubuh cacing
dewasa 1-1,5 cm. mulut terdapat pada ujung anterior, padanya terdapat kait-kait
yang dipergunakan untuk mengaitkan diri pada usus hospesnya, supaya tidak
terbawa arus makanan. Keadaan tersebut mengakibatkan usus menderita
luka-luka.cacing ini menghisab darah dan juga menghasilkan zat anti koagulasi
(zat yang bisa memecah pembekuan darah sehingga penderita menderita anemia.
Siklus hidupnya sebagai berikut: cacing tambang betina menghasilkan
telur, telur ini akan keluar bersama faeces. Telur menetas menjadi larva yang
akan masuk kedalam tubuh manusia dengan jalan menembus kulit (biasanya kulit
kaki yang bugil). Setelah masuk terbawa aliran darah ke paru-paru, menembus
paru-paru ke trekea dan tertelan masuk kedalam usus. Di dalam usus, cacing ini
menjadi dewasa, kemudian yang betina bertelur dan seterusnya seperti yang
tersebut.
Gambar (Ancylostoma
duodenale)
3.
Wuchereria bancrofti
Cacing ini dapat menyebabkan penyakit filaria yang disebut
filariasis (elephantiasis). Infeksi cacing filaria kepada tubuh manusia terjadi
bila nyamuk Culex yang mengandung mikrofilia menusuk manusia, mikrofilia masuk
melalui bekas tusukan nyamuk. Cacing dewasa pada tubuh manusia dapat menyumbat
saluran limfa yang menyebabkan pembengkakan di beberapa bagian tubuh.
Gambar
(Wuchereria bancrofti)
4.
Enterobius vermicularis
Cacing kremi ini dapat menyebabkan gatal-gatal di daerah dubur
terutama pada malam hari sehingga penderita akan sangat terganggu (dalam
tidur). Cacing Enterobius vermicularis menyebabkan
infeksi cacing kremi yang disebut juga enterobiasis atau oksiuriasis. Infeksi
biasanya terjadi melalui 2 tahap. Pertama, telur cacing pindah dari daerah sekitar anus penderita ke pakaian, seprei atau
mainan. Kemudian melalui jari-jari tangan, telur cacing pindah ke mulut anak yang lainnya dan akhirnya tertelan. Telur cacing juga dapat
terhirup dari udara kemudian tertelan. Setelah telur cacing tertelan, lalu larvanya menetas di dalam usus kecil dan tumbuh menjadi cacing dewasa di dalam usus besar (proses pematangan ini memakan waktu 2-6 minggu). Cacing dewasa betina bergerak ke daerah di sekitar anus (biasanya pada malam hari) untuk menyimpan telurnya di dalam lipatan
kulit anus penderita. Telur tersimpan dalam suatu bahan yang lengket. Bahan ini
dan gerakan dari cacing betina inilah yang menyebabkan gatal-gatal. Telur dapat
bertahan hidup diluar tubuh manusia selama 3 minggu pada suhu ruangan yang
normal. Tetapi telur bisa menetas lebih cepat dan cacing muda dapat masuk kembali ke dalam rektum dan usus bagian bawah.
Siklus hidup dari cacing Enterobius vermicularis yaitu :
1. Telur diletakkan pada lipatan perianal.
2. Autoinfeksi (self-infection) terjadi karena pemindahan telur
infektif ke mulut dengan tangan yang menggaruk daerah perianal.
3. Penularan orang-ke-orang juga dapat terjadi melalui penanganan pakaian atau
seprai tempat tidur yang terkontaminasi.
4. Enterobiasis juga dapat diperoleh melalui permukaan di lingkungan yang
terkontaminasi dengan telur cacing kremi (misalnya, tirai, karpet).
5. Sejumlah kecil telur mungkin terdapat di udara (debu) dan
terhirup dan tertelan kemudian mengikuti perkembangan yang sama sebagai
telur yang tertelan.
6. Setelah menelan telur infektif, larva menetas di usus kecil (usus halus
dekat seikum) dan cacing dewasa menetap di rongga seikum, usus
besar.
7. Kopulasi mungkin terjadi di rongga seikum, cacing mati setelah kopulasi dan cacing mati setelah
bertelur.
8. Jarak waktu dari menelan telur infektif sampai cacing betina dewasa betelur
adalah sekitar satu bulan.
9. Masa hidup cacing dewasa adalah sekitar dua bulan
10. Cacing betina gravid bermigrasi malam hari keluar anus dan bertelur saat
merayap di kulit daerah perianal.
11. Larva yang terkandung di dalam telur berkembang (telur menjadi infektif)
dalam 4 sampai 6 jam dalam kondisi optimal (suhu tubuh).
12. Retroinfeksi, atau migrasi larva yang baru menetas dari belakang
kulit dubur ke dalam rektum kemudian ke usus mungkin terjadi, tetapi frekuensi
kejadian ini tidak diketahui.[17]
Gambar (Enterobius
vermicularis)
5. Trichinella
Trichinosis disebabkan
karena memakan daging babi yang kurang masak yang mengandung Krista dari cacing
Trichinella. Cacing dewasa berkembang biak di dalam usus, ribuan cacing
muda dihasilkan oleh cacing betina yang akan menembus dinding usus berpindah
keseluruh dalam tubuh mengkista didalam otot, cacing ini tahan dalam keadaan
kering. Nemathelmintes yang menyerang tanaman gandum dapat hidup lagi
setelah mengalami kefaringan selama 8 tahun.[18]
Gambar (Trichinella)
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Hewan filum Nemathelminthes berasal
dari kata nema=benang dan helmis=cacing. Jadi, pengertian nemathelminthes
adalah cacing yang berbentuk benang atau gilig. Tubuhnya terdiri atas 3 lapisan (triploblastik), yaitu lapisan luar
(ektoderm), lapisan tengah (mesoderm), dan lapisan dalam (endoderm). Pada
lapisan luar tubuhnya dilapisi oleh lapisan kutikula. Rongga yang terdapat pada
tubuhnya merupakan rongga semu (pseudoselomata). Nemathelminthes
memiliki sistem pencernaan yang sempurna, tetapi tidak
memiliki sistem peredaran darah dan eskresi. Klasifikasi filum ini terbagi
menjadi dua yaitu, Nematode dan Acanthocephala.
Sedangkan peranan dari anggota
filum Nemathelminthes adalah sebagai
dekomposer dan juga sebagai parasit di tubuh manusia. Misalnya, Wucheria
brancofti yang menyebabkan penyakit filariasis atau kaki gajah, Enterobios
vermicuralis yang menyebabkan penyakit cacingan dan Ascaris
lumbricoides yang menyebabkan infeksi Askariasis.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2016. Cacing Kremi Enterobius
vermicralis. http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/34118326/Cacing_kremi_ENTEROBIUS_VERMICULARIS.docx=attachment%3B%20filename%3DCacing_kremi_ENTEROBIUS_VERMICULARIS.docx.
Astute, sri
indah. 2015. Identifikasi dan deskripsi cacing acanthocephala pada ayam
petelur di wilayah kabupaten sleman, kabupaten kulon progo, dan kabupaten
bantul, yogyakarta. Universitas Gajah mada. Yogyakarta.
Campbell, N.A.,
Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2002. Biologi. Alih bahasa
lestari, R. et al. safitri, A., Simarmata, L., Hardani, H.W.
(eds). Erlangga, Jakarta.
Fowler, Samantha, dkk. 2013. Concepts of Biology. Texas.
Rice University
Kimball, John W, dkk. 1983. Biologi Jilid II. Jakarta: Erlangga.
Rusyana, Adun. 2011. Zoologi
Invertebrata (Teori &Praktik). Bandung. ALFABETA.
Satino, 2004. Praktikum avertebrata. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Praktikum%20Avert.pdf
Sonja V.T Lumowa. 2014. Zoologi Invertebrata cetakan kedua.
Kepel Press. Yogyakarta.
Sutarno, Nono. 2009. Hand Out Zoologi. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/194808181974121-NONO_SUTARNO/Hand_out_Zoologi_Depag.pdf
Suwignyo, Sugiarto, dkk. 2005. Avertebrata Air. Jakarta:
Penebar Swadaya.
[1]
Sonja V.T Lumowa, Zoologi Invertebrata cetakan
kedua, Kepel Press, Yogyakarta, 2014, hal. 73
[2] Campbell,
N.A., Reece, J.B., Mitchell, L.G. 2002. Biologi. Alih bahasa
lestari, R. et al. safitri, A., Simarmata, L., Hardani, H.W.
(eds). Erlangga, Jakarta.
[3] Kimball, John W, dkk. 1983. Biologi Jilid II.
Jakarta: Erlangga
[4]
Sutarno, Nono. 2009. Hand Out Zoologi. http://file.upi.edu/Direktori/FPMIPA/JUR._PEND._BIOLOGI/194808181974121-NONO_SUTARNO/Hand_out_Zoologi_Depag.pdf Di akses pada tanggal 21 Maret 2016 Pukul
07.00
[5] Suwignyo, Sugiarto, dkk. Avertebrata Air.
Jakarta: Penebar Swadaya. 2005
[6] Fowler, Samantha, dkk. 2013. Concepts of
Biology. Texas. Rice University. Hal 375
[7] Sonja V.T Lumowa, Zoologi Invertebrata cetakan
kedua, Kepel Press, Yogyakarta, 2014, hal.
73
[8] Sonja V.T Lumowa, Zoologi Invertebrata cetakan
kedua…., hal. 73
[9] Rusyana, Adun. Zoologi Invertebrata (Teori
&Praktik). Bandung. ALFABETA, 2011
[10] Satino, 2004. Praktikum avertebrata. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Praktikum%20Avert.pdf diakses pada 18 maret 2016
pukul 07 : 00
[11]Astute, sri indah. 2015. Identifikasi dan
deskripsi cacing acanthocephala pada ayam petelur di wilayah kabupaten sleman,
kabupaten kulon progo, dan kabupaten bantul, yogyakarta. Universitas gajah
mada. Yogyakarta.
[12]Satino, 2004. Praktikum avertebrata. http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/Praktikum%20Avert.pdf diakses pada 18 maret 2016 pukul 07 : 00
[13]http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/16404/4/Chapter%20II.pdf. Diakses pada senin 21 Maret 2016,
pukul 15:00
[14] Sonja V.T Lumowa, Zoologi Invertebrata cetakan
kedua, Kepel Press, Yogyakarta, 2014, hal. 74
[15] Sonja V.T Lumowa, Zoologi Invertebrata cetakan
kedua, Kepel Press, Yogyakarta, 2014, hal. 73
[16] Sonja V.T Lumowa, Zoologi Invertebrata cetakan
kedua…., hal. 74
[17] Anonim. 2016. Cacing kremi Enterobius vermicularis
http://s3.amazonaws.com/academia.edu.documents/34118326/Cacing_kremi_ENTEROBIUS_VERMICULARIS.docx?AWSAccessKeyId=AKIAJ56TQJRTWSMTNPEA&Expires=1458103737&Signature=lON7YUHjKmr0CHY5%disposition=attachment%3B%20filename%3DCacing_kremi_ENTEROBIUS_VERMICULARIS.docx. Di akses pada tanggal 17 Maret 2016 pukul
13.09
[18]
Suwignyo, Sugiarto, dkk. Avertebrata Air.
Jakarta: Penebar Swadaya. 2005
Lengkap ka makalahnya, mungkin bisa ditambahkan dari sumber ini https://kutubuku.org/nemathelminthes/
BalasHapus